Corona Membunuh Manusia Dan Kemanusiaan
Untuk bebas tidak hanya membuang satu rantai.
Tetapi untuk hidup dalam rasa saling menghargai dan memperbesar kebebasan orang
lain.
To be free is not merely to cast off one’s chains,
but to live in a way that respects and enhances the freedom of others.
Nelson Mandela (1918-2913)
Mungkin kata-kata tersebut dapat mewakili keadaan dan perasaan masyarakat Indonesia saat ini, yang tengah
terpuruk akibat merebaknya musibah wabah mematikan yang bernama Corona/
Covid-19.
Dalam beberapa pekan ini tema tentang corona
covid-19 menjadi begitu booming dibicarakan khalayak ramai baik lokal maupun
dunia, pasalnya wabah mematikan ini telah banyak memakan korban yang tidak
sedikit jumlahnya. World Health Organitazion (WHO) menyebutkan bahwa data sementara kasus
wabah virus mematikan ini di seluruh dunia mencapai 375,498 kasus, dan 16,362
terkonfirmasi meninggal.
Sedangkan situasi saat ini dinegara kita tidak begitu jauh dengan
negara lain yang terinfeksi virus data terkini 25 Maret yang dilansir oleh CNN
Indonesia menyebutkan angka manusia yang terjangkit wabah virus ini mencapai
angka 686 kasus dengan jumlah kematian mencapai 58 orang dan sembuh 31 orang.
Dengan melihat kenyataan data di atas setidaknya
kita dapat lebih mawas diri, melindungi keluarga, kerabat kita dan membekali
diri dengan alat-alat yang mampu menangkal wabah mematikan ini. namun apakah
hal ini efektif untuk semua orang? nyatanya tidak sedikit masyarakat kita yang
tidak mampu membeli peralatan medis yang harganya mulai mahal tersebut, seperti
masker, handitaizer dll.
Hal ini tentu menjadi problem serius melihat
kebijakan pemerintah yang memutus kegiatan yang melibatkan banyak orang, namun
lalai menyiapkan segala kebutuhan pokok, alat-alat medis terjangkau dan mudah
di dapat oleh semua kalangan masyarakat. Akibatnya tidak sedikit masyarakat
yang menentang bahkan menganggap bahwa kebijakan ini hanya diperuntukan untuk
kalangan orang elite semata dan tidak mementingkan mereka para pekerja buruh,
petani, nelayan hingga gelandangan yang harus bekerja dilapangan hanya untuk
menyambung kehidupannya.
Dengan adanya penyakit ini seharusnya menjadi
ajang untuk lebih mempererat persatuan, persamaan dan sebagai batu loncat
kedewasaan menyikapi segala musibah yang datang bukan sebagai hal yang harus
ditakuti bahkan dijadikan sebagai legitimasi kekayaan, akan tetapi lebih pada
peran individu masing-masing agar selalu berpikir positif menyikapi problema
kehidupan ini dan mementingkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi.
Jimi Muhammad
Peneliti Bidang Kemanusiaan
Daerah Istimewa Yogyakarta
Alamat: Jalan Wahid Hasyim No. 38, Rt 06. Rw 28, Gaten, Depok, Sleman
HP/WA: 088223853075
Komentar
Posting Komentar