BIJAK BERMEDIA SOSIAL DALAM PANDANGAN ISLAM
Dewasa ini, perkembangan dunia Informasi dan komunikasi telah mencapai tahap yang mencengangkan. Konsekuensinya, di satu sisi dapat melahirkan nilai-nilai positif dan mampu mengangkat taraf hidup manusia. Namun disisi lain perkembangan informasi melalui media sosial jika tidak dibingkai dengan nilai-nilai agama hanya akan melahirkan keresahan, kerusakan, bahkan kehancuran bagi manusia.
DailySocial.id menyebutkan dalam penelitiannya, 44% masyarakat Indonesia tidak bisa mendeteksi hoax, akibatnya masyarakat percaya begitu saja terhadap informasi yang diterimanya. Hal ini diperparah dengan derasnya alur informasi yang plural dan bisa diakses oleh siapa saja. Apabila kita tidak memfilter informasi yang kita peroleh, maka dampaknya akan sangat berbahaya. Opini publik dapat terkontaminasi oleh kebohongan.
Dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 6, Allah SWT berfirman :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن جَآءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوٓا۟ أَن تُصِيبُوا۟ قَوْمًۢا بِجَهَٰلَةٍ فَتُصْبِحُوا۟ عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَٰدِمِينَ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”(QS. Al-Hujurat : 6)
Dalam tafsir ibnu katsir dijelaskan, bahwa ayat tersebut memerintahkan kepada kita untuk memeriksa dengan teliti dan hati-hati ketika menerima sebuah informasi. Sederhananya, informasi yang kita terima harus mencakup tiga hal. Mengajak kepada kebajikan, mencegah kemungkaran dan menambah keimanan. Kalau tidak sesuai dengan 3 hal itu maka tinggalkan.
Ada sebuah kisah, ketika Lukman hakim diminta oleh sahabatnya untuk menyembelih kambing. Kemudian, Lukman diminta untuk mengeluarkan yang terburuk dari kambing tersebut, dikeluarkanlah lidah dan hati. kemudian Lukman diminta untuk menyembelih kambing kedua dan sahabatnya meminta untuk mengeluarkan yang terbaik dari kambing tersebut, lalu Lukman mengeluarkan lidah dan hati.
Hikmahnya adalah, setiap manusia pasti memiliki lidah dan hati. Keduanya bisa membawa kita ke surga, tetapi keduanya bisa juga membawa kita ke neraka. Ketika yang diucapkan adalah perkataan yang baik dan yang dirasa adalah prasangka baik, maka lidah dan hati akan membawa kita ke surga. Sebaliknya, jika yang diucapkan adalah perkataan yang buruk dan yang dirasa adalah prasangka yang buruk, maka tempatnya adalah neraka. Kesimpulannya, kita harus menjadi manusia yang bijak berkata, bijak merasa, dan bijak bersosial media. Karena pemuda adalah harapan bangsa, agama, juga mertua.
Penulis : Syifa Ikhlatunnufus
Editor : Ilham Dwi Rahman
Komentar
Posting Komentar