Secercah Sajak Pelita
Hampir setiap waktu, aku, kamu dan kita semua pernah mengeluh. Setip saat mersa kekurangan, ada saja yang diinginkan. Boleh jadi kita yang mengaku beriman dan seantiasa mengadu hanya kepda Tuhan, tapi sediki sekali bersyukur dan berterima kasih kepada Sang Pencipta.
Kita manusia biasa, jauh dari kata sempurna. Tak pernah luput dari kesalahan, mudah lupa dan khilaf. Kita tidak bisa menjamiin sesuatu yang direncanakan secara matang akan dapat berjalan lancar sesuai angan. Bahkan, mimpi yang diyakini, harapan yang ingin di gapai, cita-cita yang dikejar dengan semangat membakar jiwa dapat berubah menjadi hampa. Ambisi hanya menjadi ilusi dan ekpetasi melukai diri jika tak meibatkan ilahi.
Hal yang paling menyakitkan adalah menaruh harapan besar, tapi tak bisa di gapai. Dalam titik yang perih, menyayat hati jika dikenang. Mengeluh? Rasanya sudh sangat sering. Kecewa? Tentu iya. Menangis? Air mata ini terlalu murah untuk hal yang lumrah. Bukan karena lelah, melainkan hati ini hati ini yang terlalu lemah.
Jangan terus mengeluh, bersyukur yng utama. Apapun yang terjadi semua itu bagai angin yang meniup pohon yang tinggi, bukan untuk menggoyayngkan pohonnya, tapi untuk menguji seberapa kuat akarnya. Tak sepatutnya kita sebagai seorang muslim meratapi kesedihan karena kehilangan. Entah itu kehilangan orang tersayang, benda atau hewan peliharaan, sekalipun kehilangan harapan, cita-cita dan impian. Ingat, Allah tidak pernah tidur!. Allah senantiasa melihat apa yang terjadi pada setiap hambanya.
Untukmu yang pernah terluka. Goresan tajam yng menyesakkan dada. Ikhlaskan ia yang dianggap pujan hati, namun hanya singgah sesaat tidak menetapkan diri. Cobalah introspeksi bukan hanya pandai mengoreksi. Segala yang terjadi di bumi, memiliki hukum alam atas kehendak Illahi. Lara yang dirasa tak sebanding dengan dosa yang dicipta. Apakah kamu lupa bahwa janji dan ancaman Allah itu nyata? Mari ubah pola pikir dn melangkah ke arah yang lebih terang. Masih banyak peluang bagi kita yang ingin meraih bintang. Jadikan masa lampau sebagai sejarah yang dpat memberi banyak pelajaran.
Untukmu yang pernah gagal, tetesan keringt bercucuran, lantunan doa dilangitkan. Sepenuh rga berkeyakinan, dan segala upaya telah di maksimalkan. Lantas, kekecewaan yang dihasilkan. Seberapa hanur hati ini?siapa yang mesti disalahkan? Mengapa tuhan tidak adil?. Banyak dari kita mungkin merasakan hal tersebut. Bukan hanya soal percintaan, ataupun perpisahan dengan orang tersayang. Melainkan tentang ketertundaan sesuatu yang direncanakan. Awalnya memamng tak mudah dapat dengan lega menerima. Marah? Kesal? Kecewa? Hal itu tentu saja terjadi pada diri manusia yang masih sering lepas kendali.
Satu hal yang pasti, perbanyaklah mengingat Allah, bacalah kitab Al-Qur’an, tadabburi isinya dan amati segala yang ada di sekelilingmu. Siapa yang menciptkn dunia seisinya? Siapa yang mengatur siang dan malam? Siapa yang dapat mengendalikan air laut sehingga tidak tumpah ketika bumi sedang berputar? Jika kita mengaku umat islam, sebagai seorang muslim yang mengikuti Nabi Muhammad SAW. Tentu Allah sebaik-baik tuhan seluruh Alam, Allah yang aha mengatur. Karena yang menurut kita baik belum tentu baik menurut Allah Swt, begitupun sebaliknya. Sesungguhnya Allah maha mengetahui sedangkan kita tidak mengetahui.
Jangan menyerah dan merasa kalah seolah tak ada awan cerah. Manusia dibuat patah agar tak salah arah. Adanya kecewa supaya manusiatak putus asa dan terus berusaha. Pasrah hanya untuk orang yang lemah. Pada dasarnya kita manusia tercipta dari tanah dan akan kembali ke tanah, tidak emiliki daya dan upaya selain atas kehendak dan kuasanya. Serakan semua urusan hanya kepada Allah. Imgat dan ketahuilah tujuan hidup di dunia?tak lain ialah untuk beribadah kepada Allah.
Kita terlalu sibuk memikirkan masa mendatang, di ambang kebingunan. Menyiapkan secara matang berharap dapat sesuai dengan yang diharapkan. Sampai tak ingat bahwa ada sesuatu yang selalu mengintai, yng seharusnya dipersiapkan secara matang, itulah kematian. Perjalnn hidup tak selamanya mudah, tidak pula selalu sulit. Ada kalanya kerikil jauh lebih membahayakan dibandingbatuan terjal. Hidup di dunia yang fana dan penuh dengan hal-hal yang tidak diduga. Tempat persinggahan sementara dalam perjalanan mengarung arus kehidupan. Sudahkan kita mneyadarinya?
Seperti kapal yang berlayar di samudra lepas. Badai, ombak, angin laut yang sangat kencang seing kalii menghempas. Tak mudah bagi nahkodauntuk bisa mengendalikan kapal tersebut, selain dengan kerja keras, rasa tanggung jawab serta ikhlas menjalani sepenuhnya. Pasrah bukan menjadi pilihan dan tidak akan menyelesaikan masalah. Akan tetapi, menyerahkan dengan melibatkan segalanya kepada sang Maha Pengendali adalah senjata terhebat yang dimiliki Manusia Beriman.
Penulis : Nurbaiti Afifah
Editor : Ilham Dwi Rahman
Komentar
Posting Komentar