Pra Pemilwa UIN Sunan Kalijaga - Kemesraan Politik dalam Genggaman Mario




Kampanye Monolog FISHUM UIN SUKA

Lembar demi lembran buku yang saya baca mulai dari yang paling gampang sampai pada buku yang sangat sulit dipahami oleh sebagian orang. Kini pandanganku bukan dipengaruhi oleh buku yang saya baca, tapi situasi kampusku yang mulai sunyi dan sepi padahal anehnya di dalamnya diisi oleh orang-orang yang cendekiawan, intelektual, cerdas dan bermartabat. Situasi yang seperti ini bagiku adalah hal Ke-Goblok-kan yang dipelihara, karena tidak ada satu pun yang bisa menciptakan suasana menjadi harmonis dan bersatu dalam membentuk mahasiswa yang kritis untuk Indonesia di masa depan. Bagiku sendiri politik adalah barang yang paling kotor, lumpur-lumpur yang sangat kotor, namun suatu saat di mana kita tidak dapat menghindari diri lagi maka terjunlah. Menengok pemilwa tahun lalu, membuat beberapa mahasiswa berkesimpulan bahwa DEMA-U, F, SEMA-U, F, sampai ke jajaran kampus yang paling bawah tidak lagi efektif dan KPU dipandang tidak becus menyelenggarakan pemilwa yang bersih dan demokratis, serta terbuka. Perkembangan politik kampus tak tentu arah, semakin banyak mahasiswa apatis, terlalu banyak birokrasi mencampuri urusan mahasiswa. Serta tidak bisa merumuskan UU pemilwa dan mahasiswa tidak lagi merasakan pendidikan politik sehingga mahasiswa kehilangan harapan. Namun yang menjadi harapan saya dan untuk seluruh mahasiswa se-Indonesia, mengedepankan persatuan dan kesatuan agar kita menjadi produktif dalam mencetak generasi yang kritis. Ingatkah kita, sebuah video yang di mana semua mahasiswa seluruh Indonesia berkumpul di jembatan Semanggi dan mereka semua dalam satu tujuan. Menurunkan presiden Soeharto kala itu, mungkin selama ini senior-senior saya mengatakan “lebih baik almamatermu usang terkena debu dan keringat dari pada tersimpan rapi di lemari”. Tapi ketika saya menonton video tersebut, bukan hanya saja usang terkena debu dan keringat tapi mereka rela almamater mereka bermandikan darah akibat terjangan peluru tajam aparat kala itu. Yang terlihat dalam video tersebut mahasiswa tidak membawa bendera organisasi mereka tapi mereka membawa satu bendera yaitu SANG SAKA MERAH PUTIH. Bahkan dengan gagahnya para mahasiswa tetap berdiri tegak membawa bendera merah putih meskipun saat itu hujan peluru bertebaran di atas kepalanya. Sangat berbeda pada saat ini mahasiswa dengan perjuangan saat terjadinya peristiwa semanggi atau tri sakti dan sejenisnya. Seakan-akan mahasiswa saat ini hanya mendahulukan Ego sendiri atau Ego organisasi mereka, bahkan yang nantinya Ego tersebut berujung pada Ego partai politik yang mereka ikuti. Beberapa bulan yang lalu telah terjadi demo di sudut-sudut kota di Indonesia terkait RUU KPK dan UU KUHP, namun yang saya lihat mahasiswa yang berdemo hanya karena ingin mengeksiskan organisasi mereka bukan karena memang tulus berjuang untuk rakyat Indonesia. Slogan mahasiswa seakan-akan hilang dalam redupan keegoan para mahasiswa jaman sekarang. Mana yang katanya hidup MAHASISWA, mana yang katanya hidup RAKYAT INDONESIA. Mahasiswa jaman sekarang berubah menjadi mahasiswa yang arogan terhadap keegoan mereka sendiri bahkan keegoan organisasi mereka sendiri. Hai mahasiswa jaman sekarang mungkin saya juga, jangan kalian hanya memikirkan ideologi kalian sendiri, di Indonesia bukan hanya satu agama, bukan satu budaya, bukan satu daerah, tapi kita, kalian, adalah NKRI. Negara ini tidak hanya sati ideologi organisasi saja, tidak hanya ideologi agama saja, ataupun bukan ideologi satu daerah saja, maka tak heran jika baru-baru ini papua ingin mendirikan negara sendiri. Karena sempitnya pemikiran mahasiswa sekarang yang hanya mementingkan keegoan dan golongan mereka sendiri. Sedih memang, tapi mau bagaimana lagi. Indonesia harus berubah, terutama mahasiswanya. Kalau boleh di bilang mahasiswa saat ini sudah kehilangan ke-Maha-annya. Saya merindukan mahasiswa yang benar-benar mempunyai jiwa persatuan dan kesatuan bukan hanya drama sinetron yang di pelihara, saya rindu mahasiswa yang berwatak nasionalis, sosialis dan religius serta berbudaya.
Oleh : Mario

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Secercah Sajak Pelita

Sidang Munaqosyah

Muhammad sang Pembawa kedamaian